BAB I Pendahuluan


A.    Hikayat Jalan 

Jika waktu telah tiba ingin rasanya bercerita. Tentang bunga tumbuh subur mekar dan mulai memudar. Akhir-akhir ini mataku melihat negara banyak merampas apa yang kita miliki. Begitu juga sama denganku, merampas apa yang dia miliki. Mungkin berakhir lara mungkin juga tidak. Sorot mata tajam dan berbisik lirih waktu itu "Andai seperti ini, andai seperti itu, lalu tertawa terbahak-bahak". Aku sibuk mendengarkan, tak ada jawaban dan berlalu begitu saja. 

Bunga akan terus tumbuh, menembus awan tak mati-mati. Air mata tidak mungkin terganti oleh darah, Surabaya sekitar satu bulan lalu. Sudahlah tidak usah bimbang memikirkan tentang kehidupan akan datang, seperti kemarin saja kita akan terus hidup. Akan terus tumbuh, meski terkekang dan benar-benar akan menjadi gila. Langit sangat gelap, bercahaya tiga buah lilin yang hampir habis. "kita seperti apa?" satu pertanyaan ku ajukan. "tak tahu, tapi aku sangat menikmatinya dan kamu nakal ya, eh kita bukan kamu saja"

Perkembangan perihal kaderisasi serta cita-cita tentang masa depan seperti hal menakutkan untuk dibicarakan dengan hidangan gorengan, secangkir kopi dan beberapa jenis merek rokok. Dimana mereka lebih memilih untuk menghasilkan sebuah ide baru, mengasingkan diri dan menganggap itu adalah jalan terbaik. Siapa patut disalahkan dan siapa yang akan dibenahi? Tumbuh pertanyaan tidak terjawab diantara semuanya, bahkan oleh pemegang kendali sekalipun. Opini-opini tanpa dasar, tanpa referensi jelas sering muncul ke permukaan dan bodohnya lagi tidak ada yang merasa bersalah bahkan tetap menutup telinga untuk itu semua. 


Pada akhirnya, semua pembahasan ini berawal dari tiga buah lilin tergelatak kemudian dinyalakan kembali. Merumuskan suatu permasalahan untuk menghasilkan solusi diantara kita. Tentang manusia, cinta, dosa, kenangan, pemikiran brutal dan hal-hal disekitar yang terabaikan bahkan terkadang tidak terpikirkan.

Situasi ini terjadi begitu saja, lalu disepakati oleh kedua belah pihak. Siapapun boleh menafsirkan menurut akal dan pikirannya masing-masing. Karena hikayat hidup manusia sejak dilahirkan telah dibekali akal dan pikiran. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis berusaha menjabarkan secara se-objektif mungkin alur romansa cerita kecil ini.


Bersambung setiap akhir pekan ...


Komentar