Permohonan pada Tuhan tiada hentinya mereka utarakan.
Memohon dengan penuh kerendahan hati, permohonan yang salah. Mereka memohon
untuk menjatuhkan diri sendiri. Memohon untuk sebuah kehancuran nafsu di
kemudian hari. Hingga mereka dibenturkan pada hati yang salah, akhirnya Tuhan
pun menjadi kambing hitam. “Kenapa engkau memberikan cobaan seberat ini wahai
Tuhanku yang agung?”.
Malam minggu, yang punya uang sedikit menghabiskan
waktu di semak-semak. Ada juga yang menghabiskan waktu di kedai kopi dengan
uang bersama. Atau yang lebih nekat lagi menghabiskan waktu berdua di tempat
kos. Ada yang punya uang berlebih menghabiskan malam mereka di tempat-tempat
romantis. Liburan berdua, menyewa villa murah kamaran dengan berharap malam
segera datang dan tidak cepat
berlalu.
Mereka memandang sebelah mata para pemabuk, menajiskan
air liur anjing sangat enggan untuk menyentuhnya. Dimana letak kewarasan
mereka? Padahal yang mereka lakukan pun tak lebih berdosannya di bandingkan
dengan itu semua. Bahkan mereka lebih memunafikan diri dari itu semua.
Di malam minggu, aku pun lebih memilih bermain dengan
anjing-anjing kecilku yang lucu. Membelai rambut mereka yang halus, melempar
bola kecil dengan sedikit gelak tawa. Karena aku tahu Tuhan maha segalanya,
bagiku pun Tuhan maha yoman. Dia melarang sesuatu hal dengan sebuah alasan dan
dengan banyak solusi sebagai penggantinya.
Aku membelai rambut anjingku, setelah itu aku wajib
membasuh tangan dengan pasir dan air. Sedangkan mereka? Setelah saling sentuh
mereka harus sholat taubat. Aku minum arak, dosaku hanya saat itu sebagai dosa
pemabuk. Saat mereka saling bercumbu? Benar dosanya hanya saat itu tapi sebagai
pezinah. Apakah mereka tidak sadar zina adalah dosa besar nomor dua di agamaku
setelah dosa menyekutukan Tuhan.
Setiap detik, setiap menit, setiap jam setiap harinya
saling chatting. Saling pandang,
saling bergandengan tangan, saling berbagi kata-kata romantis penuh dusta. Lebih
baik aku bercengkerama dengan para pemabuk tanpa kemunafikan daripada aku
bercengkerama dengan mereka dengan satu hal pastian “tidak dihiraukan”.
Komentar
Posting Komentar